Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata tidak hanya untuk meningkatkan kualitas lingkungan ketika seseorang hidup. Namun, juga memastikan kualitas lingkungan ketika seseorang telah tiada.
Maka dari itu, ada inovasi terbaru yang bernama pemakaman ramah lingkungan. Lantas, apa itu pemakaman eco friendly?
Di daerah metropolitan, terutama pada pemakaman di Jakarta sudah banyak pemakaman yang menggunakan konsep eco friendly.
Seperti namanya, pemakaman dengan konsep ramah lingkungan adalah sebuah kuburan yang tidak hanya bertujuan menyimpan jenazah dari orang yang sudah tiada. Namun, juga menjamin keberlangsungan lingkungan di sekitarnya.
Ketika mendengar istilah “ramah lingkungan”, Anda mungkin akan terbesit dengan hal-hal yang bersifat hijau dan asri. Tentu saja, hal ini memang benar adanya. Namun, ada beberapa aspek lain yang harus Anda perhatikan untuk menentukan apakah sebuah pemakaman ramah lingkungan atau tidak.
Salah satu aspek yang sering menjadi perhatian dari sebuah pemakaman yaitu penggunaan lahan yang relatif tidak sedikit. Seperti yang Anda ketahui, ukuran pemakaman pada umumnya 1,2 x 2,2 meter hingga 2,5 x 1,5 meter.
Bayangkan jika ada ratusan pemakaman dalam satu wilayah. Tentu akan memakan banyak sekali tempat. Inilah salah satu tujuan adanya pemakaman eco friendly.
Karena kesadaran akan lingkungan yang semakin meningkat, banyak jenis pemakaman ramah lingkungan yang orang sudah rancang atau bahkan aplikasikan untuk mengubur jenazah. Berikut ini beberapa contoh pemakaman dengan konsep eco friendly yang mungkin bisa jadi inspirasi untuk Anda:
Dari namanya, mungkin Anda sudah berandai mengenai hal yang tidak akan membahayakan atau merusak lingkungan. Iya, eco-pod adalah salah satu upaya untuk membuat pemakaman menjadi lebih eco friendly.
Eco-pod merupakan sebuah pemakaman yang diciptakan oleh dua desainer asal Italia, yakni Anna Citelli dan Raoul Bretzel. Meski desainer kerap berurusan dengan seni, namun kedua orang ini memang cukup peduli dengan lingkungan. Lantas, apa saja yang berbeda dari kuburan ramah lingkungan ini dengan yang lainnya?
Eco-pod berusaha menjawab beberapa masalah yang ada dengan peti mati konvensional. Pertama-tama, peti mati konvensional memiliki keterbatasan dari segi tempat. Selanjutnya, peti juga kerap kali memiliki harga yang di atas rata-rata, apalagi jika bahan bakunya cukup sulit untuk orang-orang dapatkan.
Pemakaman dengan konsep eco friendly ini berusaha mengurangi konsumsi ruang yang biasanya memiliki bentuk persegi panjang. Eco-pod sendiri memiliki bentuk layaknya sebuah telur. Kemungkinan besar, jenazah yang masuk ke dalam eco-pod akan berada dalam posisi fetal, yakni layaknya janin dalam rahim.
Tidak hanya itu, pemakaman eco friendly ini juga memiliki bahan baku dari plastik pati. Berbeda dengan plastik pada umumnya, plastik pati merupakan salah bentuk plastik biodegradable, yakni plastik yang mudah untuk
terurai. Apalagi jika terkubur di dalam tanah.
Selain mengatasi permasalahan bahan baku dan luas lahan, eco-pod juga berusaha menangani masalah tentang kawasan hijau yang sering hilang karena tempat pemakaman umum. Maka dari itu, setiap eco-pod akan lengkap dengan bibit pohon di bagian atasnya. Sehingga pohon dapat tumbuh setelah eco-pod terkubur.
Kremasi adalah salah satu solusi pemakaman untuk mengatasi keterbatasan di kota-kota besar, seperti pemakaman Jakarta Selatan, pemakaman Jakarta Tengah, dan tempat pemakaman lainnya.
Kremasi merupakan sebuah metode pemakaman di mana jasad tidak mengalami penguburan. Pada kremasi, jasad akan dimusnahkan dengan cara dibakar. Jasad yang berubah menjadi abu nantinya menjadi sisa terakhir dari keberadaan seseorang yang telah meninggal.
Meski metode pemakaman yang satu ini identik dengan agama Buddha maupun Hindu. Namun, banyak juga umat Nasrani yang mempertimbangkan kremasi ketika jasad mereka sudah tiada. Masalah utama dari metode pemakaman ini adalah penggunaan energinya yang terlalu besar.
Maka dari itu, Ed Gazvoda dan kawan-kawan memberikan solusi pemakaman eco friendly yang tetap berkutat di kremasi. Teknik penguburan ini memiliki nama kremasi air.
Kremasi air adalah sebuah metode penguburan di mana jenazah tidak mengalami proses pembakaran pada umumnya. Jenazah justru akan berada di dalam sebuah wadah logam bertekanan kuat yang berisi air dan alkali kuat seperti kalium hidroksida atau unsur KOH.
Jenazah yang mengalami kremasi air terendam selama tiga hingga empat jam sebelum nantinya mengalami proses pemanasan hingga suhu mencapai 150 derajat celcius.
Meski relatif panas, namun proses pemakaman eco friendly ini tidak menghabiskan energi sebesar kremasi konvensional. Di mana proses tersebut membutuhkan suhu 1.400 hingga 2.000 derajat celcius.
Karena pelaksanaannya sudah lazim, penggunaan bahan kimia untuk mengawetkan jenazah memang sudah jadi sebuah keharusan. Namun, ternyata hal ini cukup merusak lingkungan. Karena itulah Joe Sehee menghidupkan kembali konsep penguburan secara alami.
Sekilas, tidak ada hal yang berbeda dengan penguburan pada umumnya. Jenazah tetap terkubur di dalam tanah dengan peti yang terbuat dari kayu. Namun, ada beberapa keputusan yang membuat metode penguburan pemakaman ramah lingkungan sedikit berbeda.
Salah satu metode utamanya adalah dengan tidak menggunakan bahan kimia maupun material yang sulit untuk membusuk ketika di dalam tanah. Artinya, peti harus terbuat dari kayu dan lem yang mudah untuk terurai ketika di dalam tanah.
Pemakaman eco friendly ini juga tidak boleh menggunakan batu nisan berukuran besar, melainkan batu tipis yang rata dengan tanah. Meski gerakan ini bermulai di Amerika Serikat, namun Anda dapat berkonsultasi dengan
pelayanan pemakaman Bogor untuk melaksanakan metode penguburan ini.
Demikian tiga contoh metode pemakaman ramah lingkungan yang bertujuan untuk menjaga keasrian bumi. Sekarang Anda menjadi lebih tercerahkan mengenai berbagai metode pemakaman yang tidak merusak dan dapat merawat lingkungan. Apakah Anda Tertarik untuk menerapkannya?