Jika pergi berlibur ke Sulawesi Selatan, tradisi pemakaman Toraja adalah salah satu budaya lokal yang dapat Anda lihat langsung. Suku asli Toraja memang memiliki tradisi khusus dalam mengebumikan keluarga yang meninggal. Ingin tahu seperti apa tata cara, proses, dan biaya pemakamannya? Mari simak selengkapnya di sini!

Upacara Pemakaman Toraja Rambu Solo

Salah satu tradisi Toraja paling terkenal adalah Rambu Solo. Apa itu? Mari pahami lewat ulasan berikut.

1. Pengertian

Masyarakat adat di Tana Toraja pada dasarnya banyak yang memeluk agama Kristen dan Islam, namun nilai-nilai budaya yang dijunjung masih sangat kuat, sehingga proses pengurusan jenazah mereka berbeda secara umum. Suku asli Toraja sendiri akan mengadakan upacara khusus yang bernama Rambu Solo.

Ini adalah upacara adat yang bertujuan untuk menghormati orang meninggal sebelum warga mengantarkannya ke tempat peristirahatan terakhir. Dalam bahasa setempat, kata “Rambu” sendiri memiliki arti upacara dan “Solo” berarti kematian, sehingga nama tradisi ini kurang lebih berarti “Upacara Kematian”.

Sebetulnya, tidak semua orang di kalangan masyarakat Toraja berhak untuk mendapatkan Rambu Solo setelah wafat. Hanya keluarga dari golongan tertentu saja yang berhak mengikuti tradisi pemakaman Toraja ini dan mereka wajib menyiapkan dana yang terbilang sangat tinggi.

Berdasarkan Jurnal Unindra, upacara pemakaman Rambu Solo terbagi dalam empat tingkatan, meliputi disillidipasangbongi, dibatang, dan rapasan. Disilli adalah upacara yang stratanya paling rendah dan ditujukan khusus untuk bayi atau balita yang belum memiliki gigi.

Di lain pihak, orang dewasa dari kalangan umum dan tidak mampu secara ekonomi akan bisa melakukan dipasangbongi yang berlangsung selama satu malam. Selanjutnya ada upacara dibatang untuk orang dewasa yang berasal dari golongan menengah ke atas, di mana setiap harinya akan diadakan pemotongan kerbau.

Jenis upacara pemakaman yang terakhir adalah rapasan yang diperuntukkan khusus bagi kaum bangsawan tinggi. Upacara ini juga jenisnya berbeda, meliputi rapasan diongan dengan syarat minimal. Lalu, rapasan sundun untuk pemangku adat. Terakhir, rapasan sapu randanan yang sangat melimpah.

2. Prosesi

Langkah pertama pada prosesi pemakaman Toraja ini adalah dengan membungkus jenazah dengan kain kafan dan memasukkannya ke dalam peti. Selanjutnya, warga akan meletakkan peti jenazah di dalam rumah adat tongkonan sebagai pemakaman sementara.

Sedangkan di luar rumah tongkonan, keluarga mendiang wajib menyiapkan sesajen, hewan sembelihan, pakaian adat, serta keperluan lainnya. Setelah semua keperluan upacara siap, ketua adat dan masyarakat setempat akan melakukan upacara Rambu Solo di depan rumah tongkonan.

Kegiatan ini melibatkan penyembelihan kerbau, pemanjatan doa-doa kepada leluhur, hingga tari-tarian tradisional. Seluruh rangkaian kegiatan upacara harus terlaksana di tempat dan hari yang sama. Berikutnya, akan ada proses pembubuhan peti mati dengan hiasan benang berwarna emas dan perak.

Barulah setelah upacara pemakaman selesai, keluarga bisa membawa peti mati ke sebuah lokasi keramat. Tempat peletakan peti mati tersebut bernama Gua Londa. Pemindahan jenazah secara permanen ini wajib mereka kerjakan dengan sangat hati-hati dan penuh hormat.

3. Biaya Pemakaman

Perlu Anda ketahui bahwa biaya pemakaman Toraja ini bukan dengan membayarkan sejumlah uang, tetapi menyembelih kerbau dalam jumlah tertentu. Semakin tinggi status orang yang dimakamkan, maka semakin banyak pula kerbau yang harus disembelih.

Jika orang itu datang dari kalangan rakyat kelas menengah, maka sembelihannya harus berupa 8 ekor kerbau, ditambah 50 ekor babi. Sedangkan untuk orang dari kelas atas, maka keluarganya harus menyiapkan sembelihan berupa 24 hingga 100 ekor kerbau.

Namun, bagi penduduk biasa dan anak-anak kecil, keluarga tidak perlu mengadakan sembelihan apa-apa. Hanya saja, biaya memakamkan seseorang di Tana Toraja bisa mencapai ratusan juta rupiah, bahkan miliaran.

Gua Pemakaman Londa

Jika sudah mengenal Rambu Solo, gua pemakaman yang sering menjadi tujuan wisata ini juga tak kalah menarik untuk Anda pahami. Berikut uraian lengkapnya:

1. Sejarah

Begitu prosesi pemakaman Toraja Rambu Solo selesai, warga setempat akan membawa jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya. Tidak seperti masyarakat umum yang mengubur jenazah di dalam tanah, masyarakat Tana Toraja meletakkan orang meninggal di dalam gua.

Menurut situs Indonesia Kaya, ini terjadi karena masyarakat Tana Toraja mengenal kepercayaan nenek moyang bernama alukta atau aluk todolo. Hingga akhirnya, kepercayaan tersebut menjadi landasan ritual dan tradisi yang masyarakat Toraja lakukan selama ini.

Nama gua tempat pemakaman tersebut adalah Londa, sebuah tebing berbatu yang warga lokal yakini sebagai tempat sakral. Di dalamnya terdapat banyak liang lahat yang terbuat dari batu hasil pahatan warga. Di sekitar gua juga terdapat banyak boneka dengan pakaian adat yang konon mewakili orang meninggal.

Peti-peti mati yang dapat Anda temukan di Gua Londa ini sendiri banyak yang bertumpuk. Ini karena gua tersebut sudah penuh oleh peti-peti mati, hingga akhirnya jenazah harus warga tempatkan di rongga-rongga gua.

2. Legenda Lokal

Tahukah Anda jika konon, gua ini menyimpan kisah cinta tragis yang kabarnya menyerupai kisah “Romeo & Juliet”? Cerita rakyat ini melibatkan dua tokoh, yang bernama Lobo dan Andwi. Dalam legenda tersebut, mereka berdua adalah sepupu karena keluarga mereka masih memiliki hubungan sedarah.

Meskipun begitu, kedua pemuda tersebut tetap saja jatuh cinta kepada satu sama lain. Keluarga masing-masing pun tidak merestui cinta antar sepupu ini, sehingga Lobo dan Andwi bersepakat untuk gantung diri di bawah sebuah pohon.

Setelah keluarga mereka menemukan jasad kedua kekasih ini, mereka dibawa ke dalam sebuah gua untuk dimakamkan. Penduduk Toraja pun menyebut gua tersebut dengan nama Gua Londa sebagai lokasi Pemakaman Toraja yang sakral.

3. Aturan Berkunjung

Mengingat Gua Londa merupakan tanah keramat bagi penduduk lokal, ada beberapa aturan berkunjung yang wajib wisatawan patuhi. Salah satunya adalah membawa lampu ketika masuk ke dalam gua, baik itu sendiri maupun bersama tour guide setempat.

Kemudian, ada larangan menyentuh atau memindahkan barang apapun yang terdapat di dalam gua demi menghormati jenazah. Warga lokal percaya bahwa, siapa yang berani mengganggu barang-barang di dalam gua akan kesurupan.

Kabarnya, dulu para pengunjung wajib membawa sesajen dalam bentuk kembang, sirih, atau pinang sebagai penghormatan terhadap para leluhur. Namun, sekarang cukup anggota keluarga yang membawa sesajen tersebut.

Sudah Paham Tentang Tradisi Pemakaman Toraja?

Apapun suku, ras, atau bangsanya, upacara pemakaman adalah bentuk penghormatan terakhir kepada orang yang sudah meninggal meski dengan cara berbeda. Nah, meski tidak melaksanakan adat seperti masyarakat Toraja, Anda tetap harus mencari jasa pemakaman profesional dan selalu siap 24 jam.

Salah satu pilihan jasa funeral service yang mendapatkan rated excellent dari Trustpilot dan dapat Anda percaya adalah Kamboja. Apalagi terdapat 3 jenis paket rumah duka Kamboja dengan harga yang dapat Anda pilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Mari persiapkan segalanya lebih awal bersama Kamboja.

Disclaimer: Kamboja tidak dapat menjamin kebenaran atau keakuratan data, tips maupun informasi yang tercantum di dalam artikel diatas. Mohon hubungi pihak terkait atau pun instansi yang berwenang jika anda memerlukan bantuan medis maupun administratif.

Artikel Lainnya

Mobil Jenazah sebagai Sarana Penghormatan Terakhir

permalink

Apa Saja Paket Jasa Kremasi dari Kamboja?

permalink

Segala kebutuhan mereka
di saat kita telah tiada

Proses pemakaman merupakan sebuah beban yang kadang tidak terpikirkan. Dapatkan kemudahan bersama kami.
Proteksi Pemakaman Jasa Pemakaman
Rated Excellent 5.0/5.0