Setiap budaya memiliki tradisi sendiri dalam hal pemakaman. Salah satu yang cukup unik dan tidak banyak diketahui banyak orang adalah kuburan Tionghoa. Meskipun orang-orang Tionghoa telah berbaur dan sangat mudah ditemukan di tengah masyarakat.
Namun, kenyataannya fakta menarik tentang budaya pemakamannya masih belum diketahui banyak orang. Penasaran dengan fakta-faktanya? Berikut ini adalah 8 fakta yang menarik mengenai tradisi makam pada budaya Tionghoa yang bisa Anda ketahui!
Mulai dari ukuran, bentuk, lokasi, dan hingga posisi kuburan memiliki makna khusus. Makna ini bahkan dapat berpengaruh pada kehidupan keturunannya yang masih hidup. Oleh karena itu, budaya ini dijaga turun temurun hingga saat ini. Berikut adalah berbagai fakta unik lain yang menarik untuk Anda ketahui:
Fakta pertama adalah ukuran yang relatif lebih besar dari makam pada umumnya. Jika anda terbiasa mengenal makam dengan ukuran 2x1 meter persegi, hal ini tidak berlaku bagi makam orang Tionghoa.
Makam Tionghoa memiliki beberapa komponen. Dan tidak jarang 1 makam juga diperuntukkan untuk dua orang, yaitu suami dan istri. Oleh karena itu, kuburan ini memiliki ukuran yang besar. Tentu saja hal ini akan berpengaruh pada biaya jasa pemakaman.
Tak hanya disebabkan oleh komponen dan jumlah orang yang dimakamkan. Status sosial juga mempengaruhi ukuran makam. Semakin tinggi status sosial, misalnya pejabat masyarakat, maka kuburan orang tersebut akan semakin besar.
Fakta kedua adalah jenis nisan sebagai kepala makam. Bahan nisan serta apa yang tertulis pada nisan memiliki makna tersendiri. Nisan orang dengan status sosial dan finansial yang rendah akan berbahan kayu. Sedangkan nisan orang dengan status sosial dan finansial yang tinggi akan berbahan batu dengan ukiran yang megah.
Ciri khas lain dari nisan kuburan Tionghoa ada pada ukiran namanya. Nama orang yang telah meninggal akan terukir dengan warna emas. Sedangkan nama keluarga yang masih hidup akan terukir dengan warna merah.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, makam orang Tionghoa memiliki delapan komponen. Pertama adalah Mu Gui atau Karapas Kura-Kura. Ini adalah gundukan bukit sebagai tempat peti jenazah disemayamkan.
Kedua adalah Mu An Qian Kao, yaitu bangunan berupa tembok yang mengelilingi makam itu sendiri. Ketiga adalah Mu Cheng, tembok pembatas pada sisi luar Mu An Qian Kao. Tembok ini bermakna untuk membatasi dunia arwah dengan dunia manusia.
Selanjutnya adalah Mu Bei, yaitu nisan yang memuat tulisan identitas makam. Berikutnya adalah altar sebagai tempat doa dan meletakkan persembahan.
Kemudian Mu Shou, yaitu tembok yang mengelilingi bagian depan kuburan Tionghoa. Tembok ini melambangkan keturunan dari pemilik makam. Ada juga altar untuk Dewa Bumi, sedangkan komponen terakhir adalah tempat membakar kertas doa yang berada di sisi kanan dan kiri.
Orang Tionghoa percaya akan kehidupan setelah kedukaan yang serupa dengan kehidupan sebelum ajal. Oleh karena itu, penting bagi orang Tionghoa untuk memilih pakaian terbaik dan menyertakan barang-barang kesukaan dalam makam.
Misalnya adalah perhiasan, pakaian favorit, hingga benda-benda yang berkaitan dengan hobi almarhum. Benda-benda ini akan menjadi bekal untuk menuju kehidupan setelah kedukaan. Oleh karena itu, ada kalanya keluarga perlu mempertimbangkan jasa proteksi pemakanan untuk memastikan keamanan barang.
Posisi kuburan Tionghoa juga tidak sembarangan. Budaya Tionghoa mempercayai fengshui untuk kebaikan makam serta keturunan hingga tiga generasi. Setidaknya, ada lima hal yang perlu keluarga pertimbangkan dalam memilih lokasi dan posisi.
Pertama adalah naga atau bukit yang berada di belakang makam. Inilah sebabnya pemakaman Tionghoa biasanya terletak di daerah perbukitan.
Kedua adalah pasir, bukit pasir pada sisi kiri melambangkan harimau hijau, sedangkan sisi kanan melambangkan harimau putih. Keduanya memiliki makna yang mendalam pada budaya Tionghoa.
Ketiga adalah air yang melambangkan kehidupan dan kekayaan. Makna ini merujuk pada tanaman atau tumbuhan di ada sekitar makam. Keempat adalah goa, yaitu tanah kuburan haruslah menyerap aura naga agar ketiga elemen sebelumnya dapat bermakna.
Terakhir adalah arah nisan pada makam Tionghoa itu sendiri. Pemilihan arah juga haruslah dapat menyerap aura naga agar tuah dan kekayaan dapat datang untuk para keturunan.
Fakta menarik berikutnya adalah kondisi kuburan Tionghoa berpengaruh pada keturunan pemilik makam. Misalnya, ada retakan pada bagian-bagian tertentu bangunan kuburan. Retakan atau kerusakan pada bagian tertentu rupanya menyimpan makna.
Contohnya retakan pada nisan yang melambangkan kepala. Artinya, para keturunan yang bertindak sebagai kepala bisa jadi sedang menghadapi masalah. Sedangkan retakan pada bangunan tepi, melambangkan kendala pada anggota keluarga yang lain.
Kendala ini dapat berupa lemah fisik, finansial, maupun masalah lainnya. Karena itu, orang Tionghoa biasanya memiliki atensi khusus dalam hal perawatan makam.
Pemakaman Tionghoa nyatanya jarang dikunjungi sebelum perayaan Tahun Baru Imlek. Padahal, Imlek adalah hari Istimewa dalam budaya Tionghoa. Rupanya, hal ini terjadi karena mereka memiliki waktu berkunjung ke pemakaman tersendiri, yaitu saat Ceng Beng.
Pada saat Ceng Beng, orang-orang Tionghoa akan berziarah ke makam para leluhur untuk berdoa, merapikan makam, dan membawa persembahan. Persembahan dapat berupa makanan.
Dewasa ini, orang Tionghoa tidak perlu membawa makanan khusus untuk persembahan. Makanan umum yang dikonsumsi sehari-hari juga memungkinankan. Budaya Ceng Beng juga bermakna sebagai napak tilas. Tujuannya agar para generasi muda dapat mengenal asal muasal dan leluhur mereka.
Hal unik terakhir dari kuburan Tionghoa adalah tidak semua orang dimakamkan. Meski pemakaman dipercaya sebagai pilihan yang lebih baik, kremasi juga banyak dipilih oleh orang Tionghoa. Selain keluarga, ada kalanya kremasi merupakan permintaan dari orang yang meninggal.
Setelah dikremasi, abu jenazah dapat disimpan sementara di rumah abu. Orang Tionghoa juga percaya bahwa posisi letak guci berisi abu juga memiliki makna dan keberuntungan khusus. Oleh karena, pemilihan rumah abu juga penting.
Meski tersedia rumah abu, keluarga sebaiknya dapat segera melarung abu jenazah. Karena terlalu lama meletakkan abu di rumah abu akan membuat arwah merasa seperti terkurung.
Demikianlah 8 fakta unik tentang kuburan Tionghoa. Tradisi pemakaman ini masih menjadi pegangan erat sebagai identitas yang bermakna mendalam bagi kehidupan masyarakat Tionghoa hingga saat ini. Apalagi kuburan Tionghoa dapat berpengaruh pada kehidupan keturunan hingga generasi ketiga. Cukup unik, bukan?
Kamboja senantiasa disisi anda dan keluarga anda dalam memberikan proteksi pemakaman serta dukungan emosional bagi anda.