Adat di Indonesia memang terkenal sangat kental dan beragam. Maka tidak heran jika ada satu tradisi masyarakat di Pulau Jawa yang masih sangat lekat untuk diikuti, yakni terkait selamatan orang meninggal. Perayaannya pun tidak sekali, ada bermacam dan punya cara menghitungnya masing-masing. Mari cari tahu di sini!
Selamatan orang meninggal adalah sebuah upacara berupa hadirnya pihak keluarga maupun kerabat dari orang yang sudah tiada. Terlepas dari namanya, selamatan orang wafat bukan sebuah peristiwa untuk menghaturkan ucapan selamat kepada orang yang sudah meninggal dunia.
Justru sebaliknya, selamatan ini merupakan sebuah acara untuk mendoakan orang yang sudah tiada. Di dalam budaya umat muslim, acara ini berisi kegiatan tahlilan yang identik dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an dari buku yasin orang meninggal maupun berzikir.
Tujuan dari menjalankan acara ini adalah agar pahala orang yang sudah meninggal dapat diterima oleh Allah Swt. Sekaligus menjadi momen menguatkan diri bagi pihak kerabat atau keluarga yang sudah meninggal.
Tak hanya berdoa bersama saja, acara selamatan atau tahlilan ini juga turut menyediakan jamuan berupa makanan dan minuman. Nantinya, suguhan tersebut bisa tamu makan di tempat atau mereka bawa pulang.
Tradisi yang sangat sakral ini ternyata tidak hanya orang lakukan satu kali saja setelah seseorang meninggal. Namun, berkali-kali, tepatnya hingga delapan acara. Lantas, apa saja prosesi yang harus ada dalam acara selamatan orang wafat? Berikut ini adalah penjabaran dari masing-masing acara tersebut:
Dalam budaya selamatan orang yang sudah meninggal dunia, geblag merupakan sebuah acara yang pelaksanaannya terjadi setelah orang selesai mengalami proses penguburan.
Geblag sendiri merupakan sebuah acara yang urgent. Karena itu, bukan hal aneh jika banyak orang sangat mengutamakan acara ini untuk kerabat mereka yang sudah tiada.
Cara menghitung selamatan orang wafat ini adalah dengan menggunakan rumus jisarji (hari pertama dan hari pasaran pertama) dan harus dilakukan pada saat itu juga.
Jika Anda adalah orang suku Jawa atau paham sedikit soal bahasa Jawa, mungkin Anda bisa menebak ini merupakan acara pada hari keberapa.
Sesuai namanya, yang “nelung” atau “telu” yang memiliki arti “tiga” dalam bahasa Indonesia. Nelung dina merupakan sebuah prosesi kedua dalam selamatan orang wafat yang pelaksanaannya adalah 3 hari setelah meninggal.
Agar dapat menghitung selamatan nelung dina, Anda bisa menggunakan rumus lusarlu (hari ketiga dan hari pasaran ketiga).
“Mitung” atau “pitu” yang berarti tujuh menandakan prosesi ketiga dalam selamatan orang meninggal. Pelaksanaan mitung dina biasanya terlaksana pada hari ketujuh setelah pemakaman.
Angka tujuh juga muncul dalam sajian makanannya yang terdiri dari lauk, seperti nasi buceng pungkur maupun ayam ingkung. Agar dapat menentukan tanggal mitung dina, Anda bisa menggunakan sistem rumus tusaro (hari ketujuh dan hari pasaran kedua).
Pada prosesi ini, seseorang yang sudah meninggal akan didoakan lagi lewat ritual atau tradisi matang puluh dina. “Patang puluh” yang artinya “empat puluh” menandakan hari dari prosesi, yakni 40 hari setelah hari meninggalnya seseorang.
Meski begitu, perhitungan selamatan orang wafat menggunakan penanggalan Jawa tidak benar-benar menggambarkan 40 hari. Kadang bisa lebih atau kurang. Pasalnya, cara menghitung hari dari matang puluh dina ini adalah dengan menggunakan rumus masarma (hari kelima dan pasaran kelima).
Prosesi selamatan orang wafat selanjutnya berada pada seratus hari setelahnya atau tiga bulan dengan tambahan beberapa hari. Nyatus dina sendiri memiliki maksud untuk menyempurnakan semua hal yang bersifat badan wadhag.
Supaya bisa menghitung selamatan nyatus dina, umumnya event organizer pemakaman dapat menggunakan rumus rosarma (hari kedua dan pasaran kelima).
Mendhak sepisan merupakan prosesi keenam dari selamatan orang meninggal yang terlaksana setahun setelah hari meninggal dunia. Dalam tahun Jawa, hari ini biasa berkisar antara 304 hari. Rumus yang biasanya menjadi patokan adalah patsarpat (hari keempat dan hari pasaran keempat).
“Pindho” yang berarti “dua kali” menggambarkan dua kali durasi pada tahun Jawa, periode dua tahun adalah 708 hari. Tujuan selamatan ini adalah untuk menjadi peringatan bahwa seluruh anggota badan kecuali tulang sudah sempurna.
Rumus yang dapat Anda gunakan untuk menghitung tradisi selamatan orang wafat ini adalah rumus jisarlu (hari pertama dan hari pasaran ketiga). Bila ingin lebih mudah, anggota keluarga dapat menetapkan hari selamatan mendhak pindho dengan patokan hitungan 2 tahun pasca hari meninggal.
Perhitungan selamatan terakhir jatuh pada 1000 hari setelah seseorang meninggal. Tujuan prosesi nyewu adalah agar jasad manusia jadi benar-benar sempurna, sehingga jasad dapat menjadi satu dengan tanah yang merupakan asal muasal manusia.
Agar dapat menghitung hari nyewu, Anda bisa menggunakan rumus nemsarma (hari keenam pasaran dan hari pasaran kelima).
Mengingat acaranya yang sakral dan tidak bisa main-main, maka tidak heran jika suku Jawa melakukan perhitungan yang sangat detail terkait tradisi yang satu ini. Di sub bab ini, Anda akan melihat beberapa metode untuk menghitung berbagai acara tahlilan sesuai dengan tanggal Jawa.
Sebelum menentukan tanggal kedelapan tradisi selamatan orang wafat, Anda harus mengetahui urutan hari biasa dan hari pasaran.
Hari biasa tentu Anda sudah paham, yakni Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu. Sedangkan untuk hari pasaran yang merupakan hari pada penanggalan Jawa ada Legi, Paing, Pon, Wage, Kliwon.
Urutan hari ini penting untuk Anda pahami karena berkaitan dengan rumus-rumus menghitung selamatan orang wafat yang sudah ada di sub bab sebelumnya. Sebagai contoh, sebuah pelayanan pemakaman Bogor menguburkan jenazah pada hari Senin Legi.
Prosesi mitung dina dengan rumus tusaro (hari ketujuh dan hari pasaran kedua) memiliki arti bahwa, perhitungan dilakukan 7 hari biasa setelah hari meninggal dan 2 hari pasaran setelah hari meninggal. Di sini, hari awal dihitung sebagai hari pertama.
Berarti, jika meninggal pada Senin Legi, pihak keluarga akan mengadakan mitung dina pada Minggu Paing. Begitu seterusnya. Maka dari itu, kadang angka-angka yang ada tidak menggambarkan tanggal tetapnya. Karena memang harus mengalami perhitungan seperti ini.
Berikut tadi adalah perhitungan selamatan orang meninggal beserta jenis-jenis prosesinya. Jika ingin lebih mudah dalam mengadakan sebuah tradisi pemakaman, maka Kamboja adalah pilihan yang tepat untuk memberikan proteksi pemakaman bagi anda. Selain menyediakan asuransi pemakaman, Kamboja juga merupakan penyedia jasa pemakaman yang terpercaya.