Mati berdiri menjadi salah satu fenomena kedukaan seseorang yang jarang terjadi. Fenomena tersebut memang benar adanya dan sebaiknya Anda tidak mengaitkannya dengan sesuatu yang berbau mistis. Berikut penjelasan mengenai mati berdiri menurut medis!
Setiap orang mungkin sulit mempercayai adanya fenomena mati berdiri, sebab pada umumnya seseorang akan langsung terjatuh karena adanya gaya gravitasi bumi ketika meninggal dunia.
Namun, dalam dunia medis terdapat suatu peristiwa kematian seseorang di mana tubuh orang tersebut menjadi kaku, sehingga meninggal dalam kondisi berdiri. Rigor mortis merupakan sebutan dari fenomena kakunya tubuh seseorang ketika meninggal dunia.
Bersumber dari National Library of Medicine, rigor mortis merupakan perubahan dari postmortem yang membuat otot-otot tubuh menjadi kaku karena perubahan kimiawi pada miofibril (protein yang ada pada benang-benang daging manusia).
International Journal of Applied and Basic Medical Research (2011) juga menyatakan bahwa fenomena rigor mortis merupakan suatu perubahan dari kondisi organ serta reaksi kimia yang ada dalam tubuh, sehingga menyebabkan otot-otot tubuh berkontraksi dan menjadi kaku saat meninggal.
Sementara itu, menurut kamus digital Cambridge, rigor mortis merupakan kondisi di mana sendi dan otot-otot mayat mengalami kekakuan.
Perlu Anda ketahui bahwa posisi tubuh ketika mengalami rigor mortis menunjukkan posisi tubuh yang sebenarnya ketika seseorang meninggal, termasuk posisi tubuh saat berdiri. Rigor mortis ini biasanya terjadi dua hingga empat jam setelah kematian.
Penyebab mati berdiri karena rigor mortis ini menurut Yale Scientific Medicine adalah adanya kombinasi dari dua ciri-ciri seseorang yang telah meninggal, yaitu detak jantung dan pernapasan yang berhenti.
Apabila salah satu atau dua dari fungsi organ tubuh manusia dalam menunjang kehidupan tersebut berhenti, hal itu mengakibatkan sel-sel tubuh menjadi kehilangan suplai oksigen dan tidak mampu melakukan respirasi aerobik (pernapasan yang membutuhkan oksigen).
Tidak adanya oksigen dalam tubuh manusia mengakibatkan senyawa kimia ATP (adenosine triphosphate) tidak mampu bekerja atau bahkan berhenti bekerja. ATP termasuk dalam salah satu sumber energi tubuh yang berfungsi untuk membantu otot berkontraksi saat digunakan dan melemah saat beristirahat.
Pada kondisi tubuh manusia yang tidak mendapat suplai oksigen, otot yang ada dalam tubuh tetap berkontraksi sampai ATP dan miosin saling berikatan, lalu melepaskan filamen miosin dan aktin dari satu sama lain.
Apabila otot dalam keadaan tidak mampu berkontraksi, seluruh otot menjadi tetap tegang, sehingga hal ini menyebabkan terjadinya rigor mortis.
Kemudian, penyebab lain terjadinya mati berdiri menurut Journal of Forensic Sciences and Criminal Investigation (2018) adalah jumlah ATP dalam otot tubuh yang menurun ketika meninggal juga dapat menyebabkan otot menjadi keras.
ATP juga bertugas dalam membantu meregenerasi sel-sel otot yang rusak, sehingga apabila oksigen dan ATP menipis, metabolisme tubuh secara otomatis berhenti, sehingga menyebabkan kekakuan pada tubuh.
Seseorang berisiko tinggi meninggal dalam keadaan berdiri kaku apabila sesaat sebelum meninggal tubuhnya menghabiskan banyak ATP. Hal ini bisa saja terjadi pada seseorang yang tengah melakukan suatu olahraga berat ketika berada dalam kondisi lelah atau berada dalam keadaan perang yang sangat menguras energi.
Pada kondisi tersebut, tubuh seseorang akan lebih cepat kekurangan oksigen, sehingga ATP yang tersimpan dalam tubuh juga akan menipis dengan cepat. Selain itu, seseorang dengan luka dalam yang menempel pada tubuh, seperti terkena panah misalnya, juga dapat mengalami fenomena mati berdiri.
Seluruh manusia di muka bumi akan mengalami kematian. Menurut situs Cleveland Clinic, berikut perubahan tubuh seseorang ketika meninggal dunia baik dalam posisi berbaring, berdiri, maupun posisi lainnya.
Setelah seseorang meninggal dunia, secara otomatis otot-otot yang ada dalam tubuh akan mengendur, termasuk bagian usus dan kandung kemih. Oleh karena itu, banyak orang meninggal yang mengeluarkan kotoran seperti feses atau air kencing ketika meninggal dalam keadaan berdiri maupun posisi lainnya.
Ketika seseorang meninggal, suhu tubuhnya akan menurun secara perlahan. Pada umumnya, suhu tubuh orang meninggal setiap jamnya menurun sekitar 16 derajat celcius hingga mencapai suhu lingkungan, yaitu sekitar 21,3 derajat celcius hingga 29,7 derajat celcius.
Seperti yang mungkin sudah kerap Anda dengar mengenai berita penemuan mayat yang sudah terbujur kaku ketika ditemukan, sebenarnya tubuh seseorang yang meninggal dunia cenderung menegang tidak lama dari sekarat hingga setelah meninggal.
Kakunya tubuh seseorang yang meninggal dunia ini mulai dari bagian anggota tubuh atas, yaitu wajah, leher, hingga bertahap mulai menyebar ke anggota tubuh lainnya, seperti lengan, jari tangan, dan kaki.
Setelah seseorang meninggal dunia, aktivitas otak dan pernapasan akan terhenti. Darah yang mulanya mengalir di dalam tubuh juga akan menggenang dan menggumpal di bagian tubuh tertentu.
Organ-organ tubuh seperti jantung, ginjal, dan hati juga berhenti berfungsi. Namun, beberapa sel dan jaringan tubuh tidak akan langsung mati. Bagian tubuh tersebut masih hidup hingga beberapa menit setelah kematian.
Oleh sebab itu, hal tersebut menjadi peluang untuk melakukan donor organ, seperti kornea mata contohnya, tetapi tergantung kondisi fisik seseorang sebelum meninggal dunia.
Beberapa jam setelah meninggal dunia, kulit mayit secara otomatis akan mengering dan berubah warna. Kulit akan mengerut, kuku jari tangan dan kaki terlihat tumbuh akibat dari mengerut dan menyusutnya kulit.
Kemudian, adanya gaya gravitasi yang menarik darah ke bawah menyebabkan adanya perubahan pada warna kulit menjadi merah keunguan atau seperti lebam setelah meninggal dunia, terutama pada bagian menggenangnya darah.
Dalam beberapa hari setelah orang meninggal, tubuh yang sebelumnya kaku akan melemas kembali. Hal ini akibat dari adanya jaringan tubuh yang rusak, sehingga bagian tubuh yang kaku menjadi rileks kembali.
Melemasnya tubuh ini akan memicu keluarnya sisa-sisa racun serta cairan yang ada dalam tubuh mirip seperti ketika Anda buang air. Setelah itu, beberapa hari setelah meninggal dunia jenazah akan mulai mengalami proses pembusukan.
Rigor mortis merupakan penyebab dari terjadinya fenomena mati berdiri karena adanya kekakuan pada otot. Tidak semua orang siap untuk menghadapi kematian diri sendiri maupun orang lain, pasti semua orang berharap untuk dapat hidup panjang umur dengan orang-orang yang dicintai.
Namun, sayangnya semua orang pasti akan menghadapi kematian tanpa terkecuali. Mengetahui tanda akan meninggal dan menggunakan jasa pemakaman terpercaya dari Kamboja akan menjadi salah satu bentuk persiapan diri menghadapi kematian tersebut. Kamu bisa berdiskusi dengan salah satu tim Kamboja dengan cara menghubungi kontak Kamboja dan dapatkan informasi penting lainnya!